Minggu, 07 September 2008

SoSoK

sulit tuk tesembul diantara titik-titik hujan
ketika sosok menderu mengajakku pergi
lumpur yang busuk telah melekat
pada jasad yang mulai renta
ketika sosok melerai menjauh pergi
aku larut dalam keberanian jantan
pada jaman yang mulai usang
mengobati perih yang tertoreh
aku terkesima pada sosok yang ambigu
dalam relung hati
dalam bayang yang bertengger dipelupuk mata
ketika jamaah melirik cinta
engkau sosok yang maya
dalam lensa yang tak berfokus
dalam cermin yang tak berbingkai
ketika lenggok yang gemulai dengan pose-pose
engkau sosok yang membuatku larut
ketakutan dalam lirik
dalam kematian jiwa
ketika ramai mengkabut.

Ungkap

Engkau yang disana tersenyum
Lontarkanlah abjad-abjad yang menyatu
Yang dapat mengaitkan untaian kata dalam ruh
Agar kau tahu setiap abjad adalah jiwaku
Tangan adalah bibirku yang bertutur
Ingin mengungkap tak lepas lewat goresan
Ketika Cinta harap Suara
Isyaratkan hati untuk mengacu pada logika
Lihat saja pada tingkah
Tak perlu rasanya bibir bergetar
Aku takut menabur abjad dipermukaan samudera
Ketika kebahagiaan adalah bungkusan cinta
Ketika bungkusan cinta berlabel harga

Dia Saja Baru Datang

Dia Saja Baru Datang
Entah ia tahu, mana....
Mata yang hendak meraup cinta
Mata yang sesak dengan lukisan terancang,
Jika, maka, seandainya....
Serta merta mata yang wajar berharap
Namun berlebihan dan belumlah halnya
Sebab dia adalah..
Mata, belalak... baru kemarin
Lidah, kesat... kemarin baru dikeruk
Hidung, ingus... kain panjang baru saja dijemur ibu
Telinga, pekak... hanya terdengar suara cerita dongeng sebelum tidur dan
Kulit, memar... takkan lupa membawa payung
Dia yang baru saja datang

Sabtu, 06 September 2008

Bentak (Hati)

Telinga memekak
tutur menyamai telagah
dengan tetek bengek
dan kilah yang mengindah
untuk mengatup jendela hati
sama halnya dengan notabene
yang tertulis tinta merah
suara mulai serak
berdahak berdetak
mendikte pengelak
ah .............
akui saja ketidakbisaan
daripada mengukir janji tanpa waktu

Malam-malam

Antarkan dia..
lewat malam
satu,
dua,
tiga,
tujuh,
empat belas,
empat puluh,
seratus,
seribu,
malam.

Malam...
selamatkan dia
sampai cerita ini tamat...

Ibuku Masih Perawan

aku masih didalam
belum beranjak
berdarah
terluka oleh cinta
dan ibu masih perawan
salah ibu atau salah ayah?
siapa ibu atau siapa ayah?
ketika aku dititipkan
ibu tetap ingin perawan
aku ingin membuka mata
menatap ayah yang masih bujang
memeluk ibu yang masih menggadis
tetapi aku tertidur
dan ditidurkan
aku ketakutan didalam
aku pelita yang dinyalakan di tengah hari
hidup atau mati tak ada beda
dan ibu tetap memilih ingin perawan

Mendengar & Melihat

Mendengar lenguh bergemuruh
dari bibir seorang yang menilai tubuh
dihadap cermin lusuh
dan aku yang menjadi saksi
hanya bergumam dalam hati
Melihat kusut berkerut
pada dahi seorang pengecut
dihadap kerumun yang bersungut-sungut
dan aku yang hadir
dalam hati mencibir
Aku hanya bisa mendengar
Aku hanya bisa melihat
dan berkata dalam hati
untuk saat ini