Kamis, 29 Mei 2008

Suarasuara

Suarasuara mereka telah berlagak

Berfose dalam rayuan

Berhias wajah kata-kata

Suarasuara mereka telah melacur

Menawar harga pada celah

Suarasuara mereka telah tinggi

Tinggi suara

Suara yang meninggi

Suara yang ingin selalu didengar

Suara yang tak pernah harapkan sanggahan

Suarasuara perempuan

Suarasuara laki-laki

Bahkan Suarasuara anak-anak

Kini terdengar mengaum

Suarasuara dekap mata

Suarasuara pemekak telinga

Entah dimana beda nasehat dengan perkataan bejat

Pada bibir perempuan yang merona dan merekah

Pada lidah kesat laki-laki yang menggulung asap rokok

Dan tekak bocah-cocah yang bersuara serak terhadap perubahan usia

Asahmengasah, tawarmenawar, Suarasuara meminta harga

Suarasuara yang penuh harap pamrih

Coba saja dengar Suarasuara perempuan dan laki-laki

Dalam Bertelagah

Kami adalah mahkota yang harus kalian jaga

Tanpa kami semangat kalian mudah pupus ditelan masa

Tanpa kami anak-anak tak mengenal kehidupan

Kamilah yang seharusnya diutamakan

Hei, perempuan tahu apa tentang dunia

Ada saja oleh tulang rusuk kami

Kami yang mencari makan kalian

Kami adalah tonggak kehidupan kalian

Kami memberi hidup pada yang hidup

Suarasuara mereka tak jauh beda dengan pelacur

Menjual kata

Memberi penawaran

Dan meminta harga yang pantas

Suarasuara mana lagi

Suarasuara siapa lagi yang tanpa pamrih

Suarasuara siapa saja boleh didengar.

Jumat, 16 Mei 2008

Melayu Adalah Riau

Melayuku

Apakabar melayuku

masihkah mampu bertutur nan ketara

boleh dikesan dan berdeging melengking

pada telinga-telinga seperti aku

aku nan terpacur dalam wajah-wajah melayu

bagaimana melayuku

boleh enggan menuruti saranan berkenaan

perbualan nan tak mengira kaum

tuah nan tak mengindahkan aksara

menghantar ku terhadap sebarang laman riau

aku nan terpacur dalam wajah melayu

melayu melekat, melayu tertambat

melayu nan kian melayu

wajah melayu dalam wajah melayuku

dimana melayuku

yang mana melayu

siapa saja yang bisa jawab?


Aku di Riau

Aku di Riau

Menjelang saat sudah

Sempatku mengenang yang telah

Antara gairah dan resah tiada menang atau kalah

Sebab masihku bisa melangkah

sigap, tertatah, dan patah

Aku di Riaunya

merambah nafas di rimba kota

dalam rimbunnya daun-daun kering di tanah basah

Aku di riuhnya

Meracik irama berdenging dan nyaring

Dalam hiruknya lantun-lantun tanpa nada

Aku di sungainya

Berkayuh mengintai tapah

Dalam arus yang kian sulit mengalir

Riau riuhnya, aku sepinya

Merambah nafas secarik ingatan menjelang sudah