Minggu, 22 Mei 2011

MORFOLOGI

Pengertian Morfologi
Morfologi atau tata bentuk (Ingg. morphology; ada pula yang menyebutnya morphemics) adalah bidang linguistic yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal (Verhaar, 1984 : 52). Dengan perkataan lain, morfologi mempelajari dan menganalisis struktur, bentuk, dan klasifikasi kata-kata. Dalam linguistik bahasa Arab, morfologi ini disebut tasrif, yaitu perubahan suatu bentuk (asal) kata menjadi bermacam-macam bentuk untuk mendapatkan makna yang berbeda (baru). Tanpa perubahan bentuk ini, maka yang berbeda tidak akan terbentuk (Alwasilah, 1983 : 101).
Untuk memperjelas pengertian di atas, perhatikanlah contoh-contoh berikut dari segi struktur atau unsur-unsur yang membentuknya,
a.
makan
makanan
dimakan
termakan
makan-makan
dimakankan
rumah makan
b.
main
mainan
bermain
main-main
bermain-main
permainan
memainkan
Contoh-contoh yang terpampang di atas, semuanya disebut kata. Namun demikian, struktur kata-kata tersebut berbeda-beda. Kata makan terdiri atas satu bentuk bermakna. Kata makanan, dimakan, dan termakan masing-masing terdiri atas dua bentuk bermakna yaitu –an, di-, ter- dengan makan. Kata makan-makan terdiri atas dua bentuk bermakna makan dan makan. Rumah makan pun terdiri atas dua bentuk bermakan rumah dan makan. Kata main, sama dengan kata makan terdiri atas satu bentuk bermakna, sedangkan kata mainan, bermain, main-mainan, permainan, memainkan masing-masing terdiri atas dua buah bentuk bermakna yakni –an, ber-, main, per-an, me-kan dengan main. Kata bermain-main terdiri atas tiga bentuk bermakna ber-, main, dan main.
Berdasarkan contoh di atas, kita dapat mengetahui bahwa bentuk-bentuk tersebut dapat berubah karena terjadi suatu proses. Kata makan dapat berubah menjadi makanan, dimakan, termakan karena masing-masing adanya penambahan –an, di-, dan ter-, dapat pula menjadi makan-makan karena adanya pengulangan, dapat pula menjadi rumah makan karena penggabungan dengan rumah. Perubahan bentuk atau struktur kata tersebut dapat pula diikuti oleh perubahan jenis atau makna kata. Kata makan termasuk jenis atau golongan kata kerja sedangkan makanan termasuk jenis atau golongan kata benda. Dari segi makna kata makan maknanya ‘memasukan sesuatu melalui mulut’, sedangkan makanan maknanya ‘semua benda yang dapat dimakan’.
Seluk-beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap golongan dan arti atau makna kata seperti contoh di atas itulah yang dipelajari oleh bidang morfologi (Ramlan, 1983 : 3). Prawirasumantri (1985 : 107) lebih tegas merinci bidang yang dibahas oleh morfologi yakni : (1) morfem-morfem yang terdapat dalam sebuah bahasa, (2) proses pembentukan kata, (3) fungsi proses pembentukan kata, (4) makna proses pembentukan kata, dan (5) penjenisan kata.

Perbandingan Morfologi dengan Leksikologi
Kata kosong mempunyai berbagai makna dalam pemakaiannya, antara lain :
1)      Tidak ada isinya; misalnya: peti besinya telah kosong.
2)      Hampa, berongga (geronggang) di dalamnya; misalnya: tinggal butir-butir padi yang kosong.
3)      Tidak ada yang menempati; misalnya: rumah itu kosong.
4)      Terluang; misalnya: waktu kosong.
5)      Tidak mengandung sesuatu yang penting atau berharga; misalnya: perkataannya kosong. (Poerwadarminta, 1985 : 524).
Selain itu, ada pula kata-kata mengosongkan ‘menjadikan kosong’, pengosongan ‘perbuatan mengosongkan’, kekosongan ‘keadaan kosong’ atau ‘menderita sesuatu karena kosong’.
Morfologi danLeksikologi sama-sama mempelajari kata, ari kata, akan tetapi si antara keduanya terdapat perbedaan. Leksikologi mempelajari arti yang lebih kurang tetap yang terkandung dalam kata atau yang lazim disebut arti leksis atau makna leksikal, sedangkan morfologi mempelajari arti yang timbul akibat peristiwa gramatis yang biasa disebut arti gramatis atau makna gramatikal. Sebagai contoh kita bandingkan kata kosong dengan mengosongkan. Kedua kata itu masing-masing mepunyai arti leksis atau makna leksikal. Kosong antara lain artinya ada lima butir seperti yang tertera pada contoh di atas, sedangkan mengosongkan makna atau artinya ‘menjadikan atau membuat jadi kosong’. Mengenai arti leksis kedua kata tersebut dibicarakan dalam leksikologi, sedangkan dalam morfologi dibicarakan makna atau arti yang timbul akibat melekatnya imbuhan atau afiks meN-kan.

Perbandingan Morfologi dengan Etimologi
Dalam penyelidikan makna, morfologi berdekatan dengan leksikologi, sedangka dalam penyelidikan bentuk, morfologi berdekatan dengan etimologi, yakni ilmu yang menyelidiki seluk-beluk asal-usul kata secara khusus (Ramlan 1978 dalam Prawirasumantri, 1985 : 109).
Walau morfologi dan etimologi mempelajari masalah yang sama yakni perubahan bentuk, namun ada perbedaannya. Morfologi mempelajari perubahan kata yang disebabkan atau yang terjadi akibat sistem bahasa secara umum. Sebagai contoh, dari kata pakai  terbentuk kata-kata baru pakaian, memakai, dipakai, terpakai, berpakaian. Perubahan-perubahan itu disebabkan oleh sistem bahasa yaitu sistem afiksasi atau pembubuhan afiks. Gejala itulah yang dipelajari oleh morfologi. Namun perhatikanlah contoh-contoh berikut: kenan di samping berkenan; ia  di samping dia, yang, dan –nya dan tuan di samping tuhan. Perubahan-perubahan tersebut bukan bersifat umum atau bukan akibat sistem bahasa Indonesia. Perubahan tersebut hanya terjadi untuk kata-kata tersebut, tidak berlaku untuk kata-kata lain. Perubahan-perubahan itu bukan dipelajari oleh morfologi atau ilmu asal-usul kata.

Perbandingan Morfologi dengan Sintaksis
Satu lagi cabang ilmu bahasa yang berdekatan dengan morfologi yaitu sintaksis. Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani sun “dengan” dan tattien “menempatkan”. Dengan jelas, menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat dan kelompok-kelompok kata menjadi kalimat (Verhaar, 1985 : 70).
Bidang sintaksis menyelidiki semua hubungan antarkata dan antarkelompok kata dalam kalimat. Di lain pihak, morfologi mempelajari seluk-beluk kata itu sendiri secara mandiri tanpa memperhatikan hubungannya dalam kalimat. Tegasnya dapat dikatakan bahwa unsur yang paling kecil yang dipelajari oleh morfologi ialah morfem dan yang paling besar ialah kata, sedangkan sintaksis mempelajari unsur yang paling kecil ialah kata dan yang terbesar kalimat (Prawirasumanttri, 1985 : 110).
Ramlan (1980 : 5) memberikan contoh untuk membedakan bidang garapan morfologi dan sintaksis dalam kalimat, “Ia mengadakan perjalanan.” Jika kita membicarakan ia sebagai bentuk tunggal, mengadakan dan perjalanan sebagai bentuk kompleks, termasuk garapan bidang morfologi, tetapi jika pembicaraan mengenai ia sebagai subjek, mengadakan sebagai predikat dengan kata perjalanan  sebagai objek termasuk garapan sintaksis.
Dengan membaca uraian di atas, kita seolah-olah dapat dengan mudah mengetahui batas yang tegas bidang garapan morfologi dengan sintaksis. Sebenarnya tidaklah selalu demikian. Kita ambil contoh bentuk-bentuk ketidakadilan, ketidakmampuan, dan ketidaktentraman. Pembicaraan kata-kata tersebut sebagai bentuk kompleks yang terdiri atas bentuk ke-an dengan tidak adil, tidak mampu, tidak tentram termasuk ke dalam bidang morfologi. Akan tetapi pembicaraan mengenai hubungan antara tidak dengan adil, mampu, dan tentram  termasuk ke dalam bidang sintaksis. Pembicaraan tentang bentuk yang salah satu unsurnya berupa afiks atau imbuhan termasuk dalam bidang morfologi, sedangkan bentuk yang semua unsurnya berupa kata (bentuk yang seperti itu sering disebut frase) termasuk ke dalam bidang sintaksis (Ramlan dalam Prawirasumantri, 1985 : 110).
Contoh lain yang menunjukkan bahwa morfologi dan sintaksissulit ditentukan batasnya yaitu pembicaraan tentang kata majemuk yang semua unsurnyapokok kata atau kata seperti: tinggi hati, keras kepala, sapu tangan, dan sejenisnya. Pembicaraan bentuk-bentuk seperti itu tampaknya seperti termasuk kedalam sintaksis, tetapi karena bentuk-bentuk itu mempunyai sifat seperti kata, maka pembicaraannya termasuk ke dalam bidang morfologi. Hal itu disebabkan karena kata majemuk termasuk golongan kata. Bukankah morfologi mempelajari kata sebagai unsur yang terbesar?

A. Kata Berimbuhan/Berafiks
1.      Penggunaan afiks/imbuhan ter
            Pada dasarya ter-memiliki dua fungsi, yakni:
  1. Membentuk verba (kata kerja) pasif, misalnya:
            Terduduk
            Terbatas
            Terangkat
            Adapun nosinya dapat digolongkan menjadi:
1)      Menyatakan "sudah di, sudah dalam keadaan di", misalnya:
            Terbuka
            Terduduk
            Terkunci
2)      Menyatakan "dapat di", misalnya:
            Terangkat
            Terbaca
            Terlihat
      Ada kalanya afiks ter- berfungsi membentuk verba aktif, misalnya pada kata tersenyum
  1. Membentuk kata adjektiva/sifat. Kata sifat ini dapat diuji dengan perluasan kata yang menyatakan tingkat perbandingan, misalnya agak, sangat, paling.
            Adapun nosinya sebagai berikut:
1)      sudah dalam keadaan", misalnya:
            Terbatas
2)      Jika ter- melekat pada kata dasar kata sifat atau kata benda, ter- menyatakan "paling", misalnya:
            Terkecil
            Teratas
            Terdepan
            Terbelakang
Kata-kata berikut tidak terbentuk dari afiks ter-, yakni:
            Terjal
            Terka
            Ternak
Kembangkan pemakaian afiks ter- dengan mencari contoh kata berafiks ter- dan menggunakannya dalam kalimat yang berbeda-beda!

2.      Penggunaan afiks ber-, ber-kan, dan ber-an
a.       Afiks ber
            Afiks ber- berfungsi membentuk kata kerja aktif intransitif, dengan nosi:
1)      Jika kata dasarya berupa verba kata kerja, afiks ber- menyatakan "melakukan pekerjaan", misalnya:
            Berdandan
            Berolahraga
            Berdagang
2)      Menyatakan makna "mengandung, ada", misalnya:
            Berair
            Beracun
            Berbisa
3)      "Memancarkan", misalnya:
            Bersinar
            Bercahaya
4)      "Memanjatkan", misalnya:
            Berdoa
5)      "Mengucapkan, mengikrarkan, mengeluarkan, menyampaikan", misalnya:
            Betjanji
            Bersumpah
            Berpesan
6)      "Menjadi", misalnya:
            Bertamu
            Berjaya

7)      "Menunjukkan", misalnya:
            Berbakti
8)      "Naik, mengendarai", misalnya:
            Berkuda
            Berkereta API
            Bersepeda
9)      " Menggunakan, memakai", misalnya:
            Berkaca mata
            Bersepatu
10)  "Menghabiskan, menggunakan", misalnya:
            Bermalam
            Berlibur
11)  "Pergi ke, minta tolong ke", misalnya:
            Berguru
            Berdukun
12)  "Menganggap sebagai, menjadikan sebagai”, misalnya:
            Berteman
13)  “Melahirkan mengeluarkan:, misalnya,
            Kambing sedang beranak
            Ayam bertelur
14)  "Memanggil sebagai", misalnya:
            Berengkau
            Beribu
            Beranda
15)  "Timbul, tumbuh", misalnya:
            Berbunga
            Berbuah
            Bertunas
16)  Menggunakan, ada", misalnya:
            Kereta berkuda
17)  "Terkumpul menjadi", misalnya:
            Bersatu
18)  "Terkumpun dalam jumlah", misa1nya:
            Berlima
            Berdua
19)  "Kena, menderita", misalnya:
            Malam berembun
            Siang berpanas matahari
20)  Menyatakan "milik, memiliki, mempunyai", misa1nya:
            Berharga
            Berharapan
            Berpotensi
21)  Nosi ber- tidak jells, separate pada kata-kata
      Bertamu
      Berlalu
      Bersusah
      Bersakit
      Berbeda
      Bersenang
Berikut bukan kata bentukan dengan afiks ber-:
            Berapa
            Berani
            Beruang kutub
b.      Afiks ber-kan
            Kita perhatikan kata berdasarkan, beranggotakan, bermandikan. Kata bentukan tersebut dari dasar, anggota, mandi menjadi berdasarkan, beranggotakan, bermandi, kemudian menjadi berdasarkan, beranggotakan, dan bermandikan. Dengan demikian, nosinya, misalnya kita ambil kata yang pertama, yakni berdasarkan terbentuk dari berdasar "menggunakan dasar" menjadi berdasarkan "berdasar pada".
c.       Afikasi ber-an
            Berbeda dengan afiks ber-kan, ber-an adalah satu afiks yang menjadi secara simultan / serempak yang disebut konfiks. Adapun bentuknya ada ber-an yang tergolong
            Konfiks ada pula ber-an yang terjadi secara hierarki. Perhatikan dua deret bentuk berikut.
Ber-an bukan konfiks
Berhadapan
Berkenalan
Bergandengan
Ber-an sebagai konfiks
Berpengalaman
Berpakaian
Berurusan
Afiks ber-an sebagai konfiks nosinya menyatakan makna "resiproka1/saling" Jika kata bergandengan dianalisis ber+gandengan, pada kata tersebut tidak ada afiks ber-an. Dengan demikian, nosi afikasinya tidak menyatakan "saling":, melainkan ber- "memiliki", dan -an pada gandengan "yang di".

3.      Penggunaan afiks pe-, pe-an, per-, dan per-an
a.       Afiks per
            Afiks pe- ada yang bernasal dan ada yang tidak bernasal. Perhatikan kata-kata yang berpasangan berikut!
Afiks pe- bernasal
Penembak
Penyruh
Pendapat
Penatar
Afiks pe-tak bernasal
Petembak
Pesuruh
Pedagang
Petatar
Petani
Peternak
Jika kita perhatikan keduanya memiliki fungsi yang sama, yakni terbentuk kata benda/nomina. Selanjutnya Anda dapat mendeskripsikan nosi yang terdapat pada dua afiks tersebut!
b.      Afiks per
            Kita perhatikan pemakaian kata: perkecil, pertajam, pertebal, perlima, persatu. Dari contoh tersebut kita dapat mengenali fungsi} afiks per- adalah membentuk kata kerja. Dengan nosi:
1)      "Membuat jadi lebih", misalnya"
            Perkecil
            Persempit
            Perdalam
2)      "Bagi menjadi", misalnya:
            Perseratus
            Perlima
3)      “tiap-tiap”, misalnya
            Masuk satu persatu
Ada kalanya per- membentuk nomina/kata benda misalnya:
            (Ber) tapa menjadi pertapa "orang yang bertapa"
Jika afiks per- tidak mampu mengubah kelas kata, nosinya pun sulit diterangkan atau tidak jelas, misalnya:
            Tanda (nomina) menjadi pertanda (nomina)
            Lambang) nomina) menjadi perlambang (nomina)
Kata-kata berikut bukan kata bentukan dengan afiks per- :
            Pertama
            Permaisuri
            Percuma
c.       Afiks pe-an
            Afiks pe-an ada yang bernasal dan ada yang tidak bernasal. Kita bandingkan kata-kata bentukan berikut!
            Pe-an bemasal                         Pe-an tak bernasal
Pendidikan                              Peternakan
Pedaringan                              Pembuatan
Penjualan                                 Perakitan                                
Penyaringan                            Pesanggrahan
Dari contoh tersebut, kita kenali fungsinya adalah sama, yakni sebagai pembentuk kata benda abstrak. Adapun nosinya pada dasarnya dapat digolongkan "hal, hasil, cara, dan tempat"
d.      Afiks per-an
            Jika afiks per- berfungsi membentuk kata kerja, dan ada sebagai pembentuk kata benda, afiks per-an termasuk konfiks yang berfungsi sebagai pembentuk nomina kata benda.
      Misalnya: 
Perpajakan                                           Perpanjangan              
Perbudakan                                         Perkebunan                
                        Perubahan                                           Pertemuan
Peraturan                                             Percobaan                               
Adapun nosinya pada dasarya menyatakan "hal, hasil"
Kembangkan dengan mencari kata-kata berafiks per-an, dan menggunakannya dalam kalimat!

4.      Penggunaan afiks ke-an, ke-an
a.       Afiks ke-
            Dalam Bahasa Indonesia, afiks ke- berfungsi membentuk kata bilangan tingkat, kata bilangan jumlah~ dan kata benda.
1)      Pembentuk kata bilangan tingkat, nosinya menyatakan "urutan", misalnya:
            Anak kelima
            Pelajaran kedua
2)      Pembentuk kata bilangan jumlah nosinya menyatakan "kumpulan jumlah", misalnya:    Kedua anak itu
            Kesemuanya
3)      Pembentuk kata benda, nosinya menyatakan "yang di, yang dianggap", misalnya:         Ketua
            Kekasih
            Kehendak
Kata-kata berikut bukan kata bentukan dengan afiks ke-dalam bahasa Indonesia:
            Ketemu
            Kelanggar
b.      Afiks-an
            Dalam Bahasa Indonesia, afiks -an berfungsi sebagai pembentuk kata benda/ nomina. Dalam tataran sintaksis, kata bentukan dengan afiks -an ini dapat mengikuti verba tran-sitif Adapun nosinya meliputi: "hal/abstraksi, basil, cara, alat, objektif, tempat, yang memiliki sifat, orang/pelaku" seperti pada kata:
            Didikan                                               Praktikan
            Sasaran                                                Simpatisan
            Latihan                                                Lautan
            Manisan                                               Lukisan
Kata bentukan dengan afiks -an berikut salah dalam bahasa Indonesia:
            Rajin latihan (verba)
            Sekolahan (nomina)
            Kuburan (nomina)
c.       Afiks ke-an
            Afiks ke-an termasuk konfiks. Fungsinya adalah sebagai pembentuk kata benda abstrak, dan kadang-kadang sebagai pembentuk kata kerja pasif Sebagai pembentuk kata benda abstrak, ke-an bernosi menyatakan "hal/abstrak dari", misalnya:
Keadilan
Kebolehan
Kekuasaan
Keajekan
            Sebagai pembentuk kata kerja pasif, ke-an menyatakan nosi “ken, menderita”, misalnya:

5.      Penggunaan afiks -man, -wan, dan -wali
      Ketiga afiks ini berasal dari bahasa sansekerta. Fungsinya membentuk kata benda, dan nosinya menyatakan "orang yang memiliki sifat". Pemakaian -man dan -wan menyatakan jenis kelamin "laki-laki" dan -wati menyatakan jenis kelamin "perempuan"
            Contoh pemakaiannya:
Sinaman                      Jutawan                                   Seni wati
Budiman                     Santriwan                                Santriwati
                                    Olahragawan                           Olahragawati
                                    Bendaharawan                                    Bendaharawati

6.      Penggunaan afiks -I , -wi, -ah, -iah
      Afiks-afiks tersebut berfungsi sebagai pembentuk kata sifat, nosinya menyatakan "yang memiliki sifat, bersifat". Pemakaiannya seperti:
            Alam   + i        menjadi           alami
            Alam   + iab    menjadi           alamiah
            Ala      + iah    menjadi           aliah
            Ilmu     + iab    menjadi           ilmiah
            Dumia + wi     menjadi           duniawi
            Jasmani+ iah    menjadi           jasmani
            Islam + i          menjadi           islami

7.      Penggunaan afiks -is, -isme, -isasi/Sasi
a.       Afiks -is berfungsi pembentuk adjektiva/kata sifat, nosinya menyatakan"bersifat", misalnya:
Pancasilais
Psikhologis
Nasionahs
b.      Afiks -isme berfungsi sebagai pembentuk kata benda, nosinya menyatakan "aliran, faham", misalnya:
Nasionalisme
Komunisme
Liberalisme
c.       Afiks –isasi/Sasi berfungsi sebagai pembentuk kata benda, nosinya menyatakan “proses” misalnya
lelenisasi
Urbanisasi
Neomsasl
            Afiks -isasi juga benosi "kumpulan, kesatuan dari'" misalnya pada organisasi.

8.      Partikel -lah, -kah, dan pun
      Partikel tergolong ke dalam kata tugas. Fungsinya mempertegas kata yang dilekati.
a.       Partikel -lah
            Partikel -lah dapat melekat kata benda, pada kalibat pemyataanlberita. Partike1 -lah digunakan pada kalimat inversi, yakni predikat mendahuIui subjek. Misalnya:
            Dialah yang dicari
            Akulah orangnya.
            Partikel -lah juga digunakan untuk menyatakan imperatif (perintah), misalnya pada kalimat:
            Masuklah!
            Bacalah secara teliti.
b.      Partikel -kah
            Partikel -kah digunakan melekat pada kata kerja , kata benda, kata sifat, kata bilangan, kata keterangan. Fungsinya membentuk kata tanya dalam kalimat pertanyaan. Struktur kalimat pada dasarya berstruktur inversi, misalnya:
            Siapakah mereka?
            Sudah membacakah Anda?
            Di manakah Anda Tinggal?
            Kapankah Hanoman lahir?
c.       Partikel pun
            Partikel pun melekat pada kata benda atau yang dibendakan (substantiva), misalnya pada kalimat:
            Mereka tidak tahu, aku pun demikian.
            Jangankan membaca, menyimak pun belum terampil.
            Di samping itu, pun bersama kata yang lain berfungsi sebagai pembentuk kata tugas yang lain, khususnya konjungsi dan penulisannya pun dirangkaikan dengan kata yang dilekati, misalnya pada:
                        Meskipun
                        Walaupun
                        Biarpun
                        Sungguhpun



B.     Kata Ulang
            Kata ulang ada1ab kata yang telah mengalami proses reduplikasi. Untuk: membedakannya dengan bentuk ulang yang bukan kata ulang adalah bahwa kata ulang sebagai ciri utamanya adalab pasti memiliki kata dasar.
Kita bedakan bentuk yang ada di sebelah kanan dan sebelah kiri berikut:
Kata ulang      
Duduk-duduk
Membaea-baca
Tarik-menarik
Bolak-balik
Orang-orangan
Simpang-siur
Kemerab-mera han
Bukan kata ulang
 Compang-camping
Anai-anai
Pura-pura
Hati-hati
Mata-mata
Mondar-mandir
Alih-ali

Pada kata ulang terdapat kata dasar: duduk, membaca, menarik, balik, orang, simpang, merah. Sebaliknya, pada deretan sebelah kiri bentuk: compang/camping, anai, pura, hati, mata, mondar, alih tidak dapat berfungsi sebagai kata dasar.
1.      Macam kata ulang dapat dibedakan menjadi:
a.       Kata ulang utuh
            Kata ulang utuh adalah kata ulang yang antara kata dasar dan bentuk peru1angannya adalab sama, miasma:
            Orang-orang
            Perumaban-perumaban
            Duduk-duduk
b.      Kata ulang sebagian
            Kata ulang sebagian adalah kata ulang yang bentuk peru1angannya hanya sebagian dari kata dasar, termasuk hanya sebagian bunyi vokal atau konsonan saja, misalnya:
            Berjalan-jalan
            Bolak-balik
            Sayur-mayur

c.       Kata ulang berkombinasi/bersimultan dengan afiks, misalnya:
            Anak-anakan
            Gunung-gunungan

2.      Nosi kata ulang
            Nosi kata ulang dapat menyatakan makna:
a.       “Jamak, bermacam-macam”, misalnya:
            Orang-orang
Buah-buahan
Sayur-mayur
b.      Pekerjaan dilakukan berulang”, misalnya:
Bolak-balik
Simpang-siur
c.       "Tiruan", misalnya:
            Anak-anakan
            Gunung-gunungan
d.      "agak", misalnya
            Kemerah-merahan
e.       "walaupun", misalnya:
            Pahit-pahit diminumnya obat itu.
            Panas-panas mereka datang juga.
f.       “walaupun”, misalnya
            Pahit-pahit diminumnya obat itu
            Panas-panas mereka dating juga

            Gunakan kata-kata berikut dalam kalimat, kemudian jelaskan makna perulangannya!
Sama-sama
Mudah-mudahan
rata-rata
Besar –besar

C.    Kata Majemuk
      Walaupun pada materi Bahasa Indonesia untuk SLTP atau MTS kata majemuk tidak ada, namun kata majemuk tersebut perlu kita pahami.
Kata majemuk adalah kata yang telah mengalami proses permajemukan. Kata majemuk adalah kata yang unsurnya berupa morfem bebas (bukan kata). Jika kata majemuk diartikan kata yang unsurnya berupa kata, hasil konstruksinya tidak dapat disebut kata, melainkan frase/kelompok kata.
      Secara lahiriah kata majemuk sama dengan frase/kelompok kata. Untuk itu, kita hams dapat mengenali kata majemuk tersebut dari segi: hubungan, konstruksi, dan nosi. Misalnya kita ambil orang tua sebagai kata majemuk dan sebagai frase.
Ciri hubungan:            Jika di antara kata orang dan tua dapat disela kata lain, misalnya yang, konstruksi orang tua bukan kata majemuk melainkan frase.
Ciri konstruksi:            Jika orang tua dapat di Kembangkan dengan kata renta, kata renta hanya berkonstruksi dengan tua, tidak dengan orang. Dengan demikian
Konstruksi
                                    Orang tua dalam hal ini adalah frase. Jika diperluas dengan afiks ber menjadi berorang tua, afiks ber-adalah milik konstruksi orang tua,
Bukan                         
                                    Hanya milik orang saja sehingga tidak ada konstruksi berorang. Dengan ciri ini, orang tua pada berorang tua adalah kata majemuk
Ciri nosi                       Jika makna orang tua mengacu pada orang yang sudah berusia lanjut”   konstruksi orang tua adalah frase. Jika maknanya tidak terikat pada Usia, tetapi pada “orang yang sudah pernah melahirkan atau sudah menjadi  bapak atau ibu”, konstruksi orang tua adalah kata majemuk  



D.    Kelas Kata
      Kelas kata disebut juga kategori kata. Dalam tata bahasa Tradisional digunakan istilah jenis kata. Hasil klasifikasi/penggolongan kata berdasarkan kelas kata mencakup: nomina Kata benda, verba Kata kerja, adjektiva kata sifat, numeraliaJkata bilangan, adverbia/kata keterangan, kata tugas.
1.      Kata benda/nomina
            Kata benda dapat dibedakan atas kata benda konkret dan kata benda abstrak. Kata benda konkret adalah kata benda yang dapat diindra (diraba, dilihat, dirasakan, di dengan, dibau):
Kata benda konkret yang berupa kata asal, misalnya: meja, udara, rumah
Kata benda konkret yang merupakan bentukan, misalnya: mainan, penulis, penjahit
            Kata benda abstrak adalah kata benda yang tidak dapat diindra, misalnya kata benda bentukan dari afiks pe-an, per-an, ke-an seperti: pembuatan, perbaikan, keadilan.
2.      Kata kerja
            Kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan/perbuatan, baik aktif, maupun pasif. Kata kerja aktif dibedakan atas transitif dan intransitif
a.       Kata kerja aktif transitif,
1)      Kata kerja dasar: makan, minum
2)      Berafiks me-: membaca, menulis
3)      Berafiks me-kan/i: membacakan, mendampingi
4)      Berafiks memper-: mempercantik, memperjelas
5)      Berafiks memper-kan/i: memperkerjakan, mempercayai
6)      Berafiks member-kan: memberlakukan, memberhentikan
b.      Kata kerja aktif intransitif, meliputi
1)      Berafiks me-: menyanyi
2)      Berafiks ber-: bersembunyi, bercerita
3)      Berafiks ber-kan: berdasarkan, bertuliskan
4)      Berafiks ter-: tersenyum
c.       Kata kerja pasif
1)      Kata kerja fasif di-: dibaca, diberlakukan, dibatalkan
2)      Kata kerja pasif ter-: terbaca, terpelihara
3)      Kata kerja pasif ke-an: kehujanan, ketakutan, kepanasan

3.      Kata sifat / akjektiv
            Kata sifat dapat dinegatitkan dengan kata tidak. Selanjutnya dapat diperluas dengan kata yang menyatakan tingkat perbandingan. Dalam struktur sintaksis, kata sifat adalah kata yang menerangkan kata benda. Kembangkan contoh!
4.      Kata keterangan
Kata keterangan adalah kata yang menerangkan kata kerja atau kata sifat, misalnya
      Rahin belajar
      Masih muda
      Belum beristri
      Perlu di contoh
      Sangat pandai
5.      Kata bilangan
            Kata bilangan adalah kata yang menyatakan " jumlah". Kata bilangan dibedakan atas kata bilangan tentu dan tak tentu.
a.       Kata bilangan tentu: satu, seribu, setengah, seperempat
b.      Kata bilangan tak tentu: sedikit, banyak, beberapa
6.      Kata tugas
            Kata tugas adalah kata yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kata benda, kerja, sifat, bilangan, atau keterangan. Kata tudas kata yang hanya berfungsi, yang pada dasarnya tidak bernosi.
      Kata tugas dapat dibedakan atas:
a.       Preposisi/kata depan, yakni kata yang dapat berkonstruksi dengan kata atau frase benda.
      Termasuk kata depan Preposisi adalah: di, ke, dari, pada, untuk, oleh, dsb.
b.      Konjungsi, yakni kata yang berfungsi menghubungkan klausa dalam kalimat yang termasuk konjungsi: karena, ketika, apa bila, walaupun, dan, tetapi, namun, dsb.
c.       Kopula, yakni kata yang berfungsi menghubungkan subjek dan predikat. Termasuk kopula: adalah, merupakan, menjadi, yaitu, yakni.
d.      Artikel / kata sandang : sang, si
e.       Partikel, berfungsi menegaskan/mementingkan kata yang dilekati, misalnya: -lah, -kah, pun.
f.       Kata transisi, yakni kata yang berfungsi menghubungkan kalimat satu dengan yang lain. Penulisannya selalu diikuti tanda koma. Termasuk kata frase transisi adalah: jadi, dengan
      Demikian, karena itu, meskipun demikian  selanjutnya, akibatnya, sebagai kesimpulan,dsb.


DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Gorys, 1981. Tata Bahasa Indonesia. Ende : Nusa Indah
Ladyana, Sonezza dan Hardiani, Isriani. 2008 Pembelajaran Bahasa Indonesia. Surakarta : Widya Duta Grafika
M. Moeliono, Anton, dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka
M. Moeliono, Anton, dkk. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : balai Pustaka