Sabtu, 28 Februari 2009

RANTAI NAFAS

Menahan Nafas


Aku sudah terlalu jauh
Mengendus di tempat yang bukan seharusnya
Aku takkan katakan ‘ jangan menangis!’
Sebab air mata yang keluar tak selalu buruk
Memang kita saja yang tak mempunyai pilihan
Sebab logika menutup arah dan
Mengapa kenyataanmu memaksaku tetap di sini
Apa kau bisa menghapus kerutan dikeningku
Yang berbanjar saat aku rentan
Apa kau bisa menjangkau lubang tenggorakanku
Yang ketulangan saat aku menelan ucap para penghardik
Hadirlah sebuah dalih dalam ketakutan
Tatkala gerak terbatas pilihan
Memaksa membungkus jasad dalam kotak-kotak kecil
Walaupun sementara, semua tampak nyata
Saat tangismu mengikis malam
Mengukir tebing curam
Aku hanya bisa diam
Di derasnya isak
Yang sesungguhnya akan menghanyutkan
Akupun menanti, pagi
Mengintai, dibalik tirai hitam yang tak pernah tersingkap
Mencuri cahaya merah sedini mungkin
Menjelang tangis berkabung dan senja yang menutup mata
Dan kutulis sebait pesan di daun pintu aku terpaku
Aku menitip roh dalam hati yang berat melepas cinta ke sisi nafas yang berbeda
Aku menitip gelak tawa pada lawakan yang belum disaksikan
Aku juga meninggalkan sebentuk raut yang merona
yang sigap menjalankan sebuah permainan hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar